Turki Kembali Dilanda Kebakaran Hutan di Pertengahan Tahun 2025

Di tengah suhu yang menggila, kelembaban yang menipis, dan angin yang makin brutal, Turki kembali menghadapi gelombang kebakaran hutan di tahun 2025 ini, setelah gelombang kebakaran hutan pertama pada awal tahun kemarin. Dari ujung barat Izmir hingga pegunungan di Hatay, dari dataran Manisa hingga hutan-hutan kering di MuÄŸla dan Antalya, api menjalar cepat, seakan tak mau menunggu keputusan manusia.

Sejak awal 2025, lebih dari 3.100 kebakaran telah tercatat. Tapi yang mencengangkan: hampir 25 persen dari seluruh insiden itu terjadi hanya dalam 10 hari terakhir, dari 26 Juni hingga 6 Juli. Ini bukan sekadar gejala musiman—ini adalah simfoni bencana yang dimainkan oleh perubahan iklim, kelalaian manusia, dan ketimpangan tata kelola lingkungan.

Dalam seminggu terakhir, kebakaran yang terjadi di İzmir Aliağa, Bornova, Menderes, Gaziemir, Seferihisar; Manisa Akhisar, Kula, Ahmetli, Hatay Antakya, Bolu Göynük, Adana Kozan, Bursa Mustafakemalpaşa, kebakaran di perbatasan Sakarya/Bilecik dan Bilecik Vezirhan semuanya merupakan kebakaran besar.

Source: Anadolu Ajansı

Izmir menjadi pusat titik bencana. Kebakaran di ÖdemiÅŸ menewaskan seorang lansia dan satu petugas kehutanan. Di wilayah Seferihisar, 42.300 warga dari total 50.000 lebih yang dievakuasi berasal dari sini. Angin kencang hingga 120 km/jam membuat api sulit dikendalikan. Bandara Adnan Menderes sempat lumpuh dan  jalanan utama kota Izmir ditutup, dikarenakan langit menghitam oleh asap.

Sementara itu di Çeşme, api membakar lebih dari 10.500 hektare dalam waktu singkat. Menteri Pertanian dan Kehutanan, Ibrahim Yumaklı, menyatakan bahwa intervensi udara sejak fajar dan kerja malam tim darat jadi faktor utama menghambat penyebaran api lebih jauh. Namun, setidaknya 200 rumah hancur, sebagian hanya menyisakan tembok.

Badan Penanggulangan Bencana Turki / Afet ve Acil Durum Yönetimi Başkanlığı (AFAD) mengonfirmasi:

  • 50.000+ warga dievakuasi dari 41 area permukiman,
  • Termasuk 3.000 orang di Manisa,
  • 1.500 orang di Hatay,
  • dan 850 orang lainnya di barat laut Turki. AFAD juga mencatat 79 orang terdampak asap dan insiden terkait, namun tanpa korban luka serius tambahan.

Rumah-rumah, terutama di desa-desa hutan, habis terbakar saat penghuninya telah mengungsi. Rekaman dari stasiun televisi NTV memperlihatkan bangunan yang hanya tinggal dinding, sementara helikopter pemadam terus membelah langit.

Source: NTV.com

Pemerintah juga menemukan jejak tangan manusia dalam bencana ini. 10 tersangka ditangkap terkait kebakaran—sementara 15 lainnya masih diperiksa. Ada yang diduga lalai, ada yang sengaja. Saluran listrik tua juga disebut sebagai pemicu, memperburuk situasi saat kekeringan melanda. Menteri Dalam Negeri, Ali Yerlikaya, menegaskan, “Kami akan pastikan semua yang bertanggung jawab,akan diadili.”

Sejak Jumat (27/6), 263 kebakaran hutan terjadi, menurut data resmi. 259 telah berhasil dikendalikan, sisanya masih berkobar. European Forest Fire Information System / Sistem Informasi Kebakaran Hutan Eropa (EFFIS) mencatat: 49.652 hektare hutan hangus sepanjang 2025, sementara di laporan media setempat menyebut setidaknya 19.000 hektare telah terbakar baru dalam satu pekan terakhir—selisih ini mencerminkan kecepatan penyebaran yang mengerikan.

Total armada pemadam meliputi:

  • 27 pesawat,
  • 105–120 helikopter,
  • 6.000 kendaraan darat,
  • dan lebih dari 25.000 personel.

Di Hatay saja, 4 helikopter, 211 mobil pemadam, dan 540 petugas berjuang melawan api yang berjarak hanya 10 km dari pusat kota Antakya. Tapi api tak selalu bisa dihadang. Dalam semalam, 20 rumah hilang, hanya menyisakan puing dan jejak sejarah keluarga yang terbakar.

Alper Yılmaz, Kepala Departemen Pemadaman Kebakaran Hutan Direktorat Jenderal Kehutanan Turki / Orman Genel Müdürlüğü (OGM), menyebut bahwa musim panas ini, Turki memasuki zona merah iklim ekstrem. Dengan suhu 5-10°C di atas normal, dan kelembaban di bawah 30 persen, setiap percikan bisa jadi lautan api.

Dan jika tahun lalu api bisa diprediksi, tahun ini ia menyerang tanpa aba-aba. “Kami tidak bisa mengendalikan api dengan peralatan konvensional ketika angin mencapai 100–120 km/jam,” ujar seorang petugas.

Normal Baru atau Tanda Perubahan yang Ditunda?

Kalau tiap musim panas kita hanya berkata, “Ini musibah alam,” maka kita sedang menutup mata. Kebakaran bukan hanya soal pohon terbakar—ini soal gagalnya sistem yang membiarkan hutan tak dilindungi, manusia tak teredukasi, dan kebijakan tak bertransformasi.

Hutan bukan obyek. Ia adalah subyek sejarah hidup bersama. Dari situ, kita bisa menanam ulang bukan hanya pohon, tapi kesadaran.

Redaksi Konstantinesia menyampaikan belasungkawa dan solidaritas penuh untuk seluruh korban dan tim di lapangan. Kami tahu kalian bekerja tanpa tidur, berjuang tanpa pamrih. Semoga kalian tetap selamat, dan semoga negeri ini tak lagi dibiarkan terbakar untuk kesekian kalinya.



Penulis: Muhammad Rangga Argadinata


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak