Mimar Sinan: Sang Arsitek Utama Kesultanan Ottoman

Setiap tahunnya, negara Turki ramai dikunjungi para turis mancanegara, bahkan memecahkan rekor pengunjung terbanyak pada tahun 2024 sebesar 62 juta pengunjung. Setiap turis mungkin memiliki tujuan yang berbeda, namun satu hal yang pasti adalah semuanya takjub melihat bangunan-bangunan megah yang ada di kota-kota Turki. Meskipun banyak pengunjung yang datang ke Turki, akan tetapi belum banyak tau yang tentang sosok di balik megahnya bangunan-bangunan di negeri ini.

Oleh karena itu, dalam tulisan ini, saya akan mengenalkan tokoh penting yang ada di balik megahnya sebagian besar bangunan-bangunan klasik di Turki yang masih dapat kita jumpai sampai saat ini. Tokoh utama itu adalah Mimar Sinan atau dalam bahasa Turki Ottoman biasa disebut Koca Mi'mâr Sinân Âğâ.

Lahir pada tahun 1489 di desa Ağırnas, daerah Kayseri sekarang. Mimar Sinan lahir dari keluarga nasrani, bapaknya yang bekerja sebagai tukang batu dan ibunya sebagai ibu rumah tangga di rumah. Tidak banyak sumber yang dapat ditemukan tentang kehidupan masa kecilnya. Namun satu hal yang dapat dipastikan, Mimar Sinan adalah anak yang cerdas dan jenius sejak kecil.

Perjalan karir Mimar Sinan dimulai pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qonuni (Suleiman the Magnificent) yang memiliki kebijakan DevriÅŸme, sebuah sistem rekrutmen militer dan pegawai kerajaan yang diterapkan oleh Kesultanan Ottoman. Sistem ini melibatkan pengambilan anak laki-laki dari keluarga non-Muslim di wilayah yang ditaklukkan, untuk dididik dan dilatih menjadi bagian dari pasukan elit (Yanisari) atau pegawai pemerintahan. Mimar Sinan lalu terpilih menjadi salah satu pasukan Yanisari dan lulus di bagian insinyur korps Yanisari. Selain itu, di masa itujuga diketahui bahwa Mimar Sinan memilih masuk Islam.

Source: otsmanicoffee.com

Setelah masuk di korps Yanisari, Mimar Sinan mendampingi pasukan Sultan Sulaiman Al-Qanuni dalam perang dan pertempuran penting yang meliputi; penaklukan Belgrade (1521), Rodos (1522), Perang Mohac (1526), pengepungan Vienna (1529) dan perang penting lainnya, seperti perang di Irak, Baghdad, Tebriz, Puglia dan Moldova.

Peperangan yang diikutinya tidak hanya meningkatkan kecakapan militernya, tetapi juga memberikannya kesempatan untuk melihat langsung gaya arsitektur bangunan, monumen Balkan, Eropa Timur, Corfu dan Pula, Anatolia, Iran, Irak, dan Suriah di sepanjang rute perjalanan. Oleh karena itu, gaya arsitekturnya dipengaruhi oleh gaya arsitektur Persia, arab, bizantium dan pendahulunya yaitu dinasti Seljuk. Ia tidak meniru, tetapi menyerap dan mengembangkan keempat tradisi itu ke dalam sesuatu yang benar-benar baru: arsitektur klasik Ottoman.

Setelah mengikuti beberapa perang penting, pada tahun 1538 Sinan membangun sebuah jembatan di sungai Perut, Moldavia yang menarik perhatian sultan Sulaiman Al-Qonuni. Berselang setahun, pada 1539 setelah meninggalnya kepala arsitek Istana, Acem Ali. Sinan lalu dilantik menggantikan kepala arsitek istana sebelumnya dan memegang posisi ini hingga wafat.

Ia menjabat sebagai kepala arsitek istana selama pemerintahan tiga sultan: Suleiman I (Al-Qanuni), Selim II, dan Murad III. Dan Sinan memiliki peran penting dalam desain dan implementasi mahakarya arsitektur yang melambangkan kekuatan Ottoman. Yang di mana pada abad ke-16 dianggap sebagai abad keemasan Ottoman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk menghasilkan karya-karya monumental yang menunjukkan keahlian arsitektur dan teknik Sinan.

Source: iStock.com

Beberapa karya monumentalnya yang masih dapat ditemukan sampai saat ini, yaitu masjid Sehzade di Istanbul yang Sinan sebut sebagai “Çıraklık eserim” yang berarti karya magang saya. Karya lain adalah masjid Suleymaniye di Istanbul yang ia sebut “Kalfalık eserim” atau karya keseharianku. Dan ada juga masjid Selimiye di Edirne yang Sinan sebut sebagai “Ustalık eserim” atau karya besarku, karena di masjid ini ia mencurahkan seluruh keinginannya untuk arsitektur masjid. 

Dari beberapa karya Mimar Sinan, dapat ditemukan bahwa ia memiliki ciri khas gaya arsitekturnya sendiri, seperti simetri dan keseimbangan dalam struktur, kubah besar di bagian tengah, kombinasi elemen Bizantium dengan arsitektur Islam, pencahayaan alami dan estetika kesederhanaan namun monumental.

Namun, tidak hanya merancang masjid, Sinan juga membangun fasilitas negara lainnya. Dalam sejarah karyanya, ia telah membangun 84 masjid, 52 masjid kecil, 57 madrasah, 7 sekolah dan darülkurras, 22 makam, 17 dapur umum, 3 rumah sakit, 7 lengkungan saluran air, 8 jembatan, 20 karavan, 35 istana, 6 gudang dan ruang bawah tanah dan 48 pemandian. Sampai akhir hayatnya diperkirakan terdapat 350 lebih karya yang telah dirancang oleh Mimar Sinan.

Mimar Sinan juga bukan mengarsiteki bangunan-bangunan saja, lebih dari itu. Ia adalah peletak fondasi dan pembentuk utama gaya arsitektur Ottoman klasik. Bahkan banyak sejarawan dan arsitek menganggap bahwa gaya arsitektur Ottoman mencapai puncaknya dan menemukan bentuk khasnya melalui karya-karyanya dan menjadi simbol kejayaan budaya Islam-Turki pada abad ke-16.

Mimar Sinan bukan hanya pelaksana gaya arsitektur Ottoman, tapi dialah yang merumuskan dan mematangkannya menjadi identitas visual dan spiritual Ottoman. Oleh karena itu, sangat tepat menyebutnya sebagai peletak fondasi dan pembentuk utama arsitektur Ottoman klasik. Selain itu, Ia juga menjadi inspirasi untuk generasi selanjutnya, seperti Sedefkâr Mehmed Ağa yang merancang bangunan Blue Mosque dan murid-muridnya yang lain.

Jika dikatakan siapa arsitek terbaik dalam sejarah Islam, maka tidak akan salah jika mengatakan bahwa Mimar Sinan adalah orangnya. Namun, seperti semua penilaian sejarah dan seni, klaim ini juga bisa tergantung perspektif, misalnya dari sudut waktu, wilayah, atau pendekatan teologis dan estetika. Tapi kalau menilainya secara objektif dari kontribusi nyata, posisi institusional, jumlah karya, pengaruh lintas generasi, inovasi teknis, dan pencapaian arsitektural, maka Mimar Sinan sangat layak disebut sebagai arsitek terbesar dalam sejarah Islam.

Source: blog.baruthotels.com

Melalui karya-karya agungnya, Mimar Sinan tidak hanya mewariskan bangunan fisik, tetapi juga nilai-nilai keindahan, keselarasan, dan ketauhidan dalam bentuk arsitektur. Ia membuktikan bahwa seni dapat menjadi bagian dari peradaban, dan arsitektur bukan sekadar konstruksi, melainkan juga ungkapan spiritual dan identitas suatu bangsa.

Di tengah gemerlap bangunan modern saat ini, kehadiran masjid-masjid karyanya mengingatkan kita bahwa kebesaran suatu peradaban dibangun oleh visi, dedikasi, dan kecintaan terhadap ilmu dan keindahan. Ia telah menulis namanya dalam sejarah, tapi bukan dengan tinta, melainkan dengan batu, kubah dan cahaya yang tak lekang oleh waktu.

Maka, mengenal Mimar Sinan bukan hanya mengenal seorang arsitek, tetapi juga memahami bagaimana seni dan peradaban Islam pernah mencapai puncaknya melalui tangan seorang hamba yang jenius dan setia pada amanah zamannya.



Penulis: Muh. Yusril Anam

Editor: Muhammad Faiz Baihaqi


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak