Polisi Turki Bakar 20 Ton Ganja, Warga Kota Lice ‘High’ Tanpa Sengaja


Bayangkan sebuah kota kecil di Turki yang tiba-tiba ‘teler’ karena polisi membakar 20 ton ganja di tengah kota. Itulah yang terjadi di Lice, Diyarbakır, pada 18 April 2025. Masyarakat Lice yang berjumlah 25.000 orang mengalami mabuk secara tidak sengaja akibat menghirup asap pembakaran yang menyebar di seluruh kota. 

Lice, kota yang terkenal sebagai wilayah penanaman ganja ilegal ini menjadi fokus operasi anti-narkoba pemerintah Turki. Menurut Anadolu Agency, pada 2020, polisi dan gendarmerie Turki menyita 9 juta tanaman kenevir/ganja di Lice, menunjukkan skala besar produksi narkotika di wilayah ini. Operasi ini tidak hanya bertujuan memutus rantai perdagangan ganja, tetapi juga memutus rantai sumber pendanaan senjata kelompok teroris PKK (Partai Pekerja Kurdistan), yang dikaitkan dengan perdagangan narkoba oleh laporan Uni Eropa. Pada 18 April 2025, polisi memusnahkan ganja sitaan yang bernilai 10 miliar Turkish Lira di Lice. Namun, tindakan polisi yang melakukan pembakaran di tengah kota ini memicu amarah karena kabut asap yang membuat warga mengalami pusing, mual, hingga halusinasi. 

Sumber: Anadolu Anjasi

Insiden pembakaran 20 ton ganja ini meninggalkan dampak kesehatan yang signifikan bagi warga setempat. Menurut Sunday World, kabut asap tebal yang dihasilkan dari pembakaran, yang menggunakan 200 liter bahan bakar diesel, menyelimuti kota selama beberapa hari, menyebabkan warga merasa “dizzy, queasy, and, in some cases, delusional” (pusing, mual, dan dalam beberapa kasus mengalami delusional). Banyak warga yang harus berulang kali mengunjungi rumah sakit karena gejala seperti sakit kepala, gangguan pernapasan, dan halusinasi ringan, terutama anak-anak, lansia, serta individu dengan kondisi kesehatan tertentu yang menjadi kelompok paling terdampak. 

Latin Times melaporkan, bahwa efek dari pembakaran ganja ini sangat merugikan karena tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tapi juga ketidaknyamanan psikologis bagi warga. Yahya Öğer, perwakilan Asosiasi Yeşil Yıldız, mengkritik keputusan polisi yang melakukan pemusnahan narkotika di tempat terbuka. Ia menyampaikan, pembakaran seharusnya dilakukan di fasilitas khusus dengan filter asap untuk mencegah dampak kesehatan. Yahya Öğer menekankan bahwa “warga, termasuk anak-anak, menderita akibat keputusan ceroboh ini,” menurut laporan Latin Times. Sebelum terjadinya pembakaran warga tidak diberikan peringatan untuk mengungsi ataupun mengambil tindakan pencegahan yang memperparah situasi akibat dari kurangnya komunikasi otoritas setempat. 

Tindakan polisi yang dinilai tidak profesional dalam menangani pemusnahan ganja di Lice ini memicu kemarahan publik. Selain dampak kesehatan, warga Lice juga merasa dipermalukan karena ganja yang dibakar disusun membentuk tulisan “LICE”, yang dianggap sebagai tindakan tidak sensitif dan mempermalukan kota. Sunday World mencatat insiden ini memicu “kemarahan warga” karena otoritas yang tidak mempertimbangkan dampak lingkungan dan kesehatan dari pembakaran di area padat penduduk. Di media sosial, khususnya X, netizen Turki dan Internasional menyuarakan kekecewaannya dengan menyebut tindakan tersebut sebagai “contoh buruk penegakan hukum” yang membahayakan masyarakat alih-alih melindungi.

Sumber: sinarharian.com

Kemarahan ini diperburuk dengan fakta bahwa Lice, sebagai kota kecil yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat suku Kurdi, seringkali merasa dikesampingkan oleh kebijakan pemerintah pusat. Insiden ini dirujuk sebagai bukti dari kurangnya perhatian terhadap masyarakat lokal. Meskipun demikian, ditengah kemarahan, netizen menemukan humor dari peristiwa ini. Netizen di X menyebut Lice sebagai “kota yang teler massal,” dengan lelucon seperti “Lice masuk Guinness World Record untuk hotbox terbesar!” atau “Polisi Lice bikin iklan kota paling harum di Turki!” serta kutipan populer yang disebutkan di Dimsum Daily “kota yang teler atas perintah polisi” atau “the first town to get high by police order”. Humor-humor tersebut menjadikan Lice topik viral, yang menunjukkan kombinasi antara kemarahan dan hiburan dalam respon publik. 

Insiden Lice adalah perpaduan antara blunder, humor, dan pelajaran berharga. Di balik lelucon tentang ‘kota teler’, insiden ini menyoroti tentang perlunya bagi pemerintah Turki untuk memperbaiki komunikasi instansi-instansi terkait. Lice mungkin akan dikenang sebagai kota yang ‘high’ tanpa sengaja, namun ini juga sebagai pengingat bahwa kebijakan yang ceroboh bisa berdampak besar.


Penulis: Rizka Nur Helmalia
Editor: Muhammad Rangga Argadinata

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak