Pecinta sepak bola Indonesia, dan Turki, khususnya generasi milenial, tentu saja tidak asing dengan nama Hakan Şükür. Gol cepatnya ke gawang Korea Selatan pada gelaran Piala Dunia tahun 2002 mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol tercepat di turnamen sepak bola paling bergengsi tersebut, serta berhasil mengantarkan Turki menjadi Juara Ketiga Piala Dunia 2002—pencapaian tertinggi, bagi negara penggila bola ini. Namun, siapa sangka, hanya dalam kurun waktu kurang dari 15 tahun semenjak gol fenomenal tersebut, Hakan Şükür kini tidak lagi tinggal di Turki dan menghadapi proses hukum yang belum tuntas.
Hakan Şükür adalah legenda hidup sepak bola Turki yang fenomenal. Ia tercatat sebagai top skor sepanjang masa Tim Nasional Turki dengan 51 gol dari 112 penampilan. Selain itu, dengan torehan 249 golnya di Liga Super Turki, membawa namanya menjadi pencetak gol terbanyak di liga tersebut.
Sebagai seorang striker, gaya permainan Hakan Şükür dikenal dengan sangat khas: sederhana, efektif, dan mematikan. Ia adalah seorang finisher murni yang mengandalkan insting gol, akurasi waktu, dan penyelesaian akhir yang klinis. Melalui kombinasi serangan yang tajam, serta postur tubuh yang tinggi dan kuat, tidak heran banyak yang mengenalnya sebagai striker paket komplit.
memulai karir di Sakaryaspor, Hakan Şükür melanjutkan karir sepak bolanya dengan membela berbagai klub sepak bola top Eropa, termasuk Galatasaray, Inter Milan, Parma, dan Blackburn Rovers. Di Galatasaray, Hakan berhasil mencatatkan tinta emasnya di dunia sepak bola dengan menjadi Juara Liga Super Turki sebanyak 8x—dengan 3 musim di antaranya menjadi top skor liga. Bersama Galatasaray juga, ia berhasil meraih trofi gelar Europa League , satu-satunya trofi gelar Eropa yang berhasil diraih tim sepak bola asal Turki. Karena atmosfer yang gemilang tersebut, pecinta sepak bola Turki pun dianugerahi gelar “ KRAL ” atau “ KING ”. Rajanya sepak bola Turki.
Sobat Miko mungkin pernah mendengar cerita artis Ganindra Bimo bersama istrinya yang sedang ingin menonton pertandingan final Champions League 2023 antara Manchester City dan Inter Milan di Istanbul, di mana ia ditegur oleh seorang penggemar sepak bola Turki, karena memakai jersey dengan nama Hakan Şükür di belakangnya. Di situlah ia tahu, kalau Hakan Şükür kini merupakan sosok tabu yang dibicarakan di Turki, karena diduga memiliki afiliasi dengan organisasi teroris FETÖ yang terjadi di bulan Juni 2016.
Jadi, setelah Hakan Şükür menyelesaikan karier gemilangnya, ia memutuskan untuk menggantungkan sepatu di tahun 2008 pada usia 37 tahun. Usai pensiun, ia memasuki dunia bisnis di bidang pangan dan energi. Selain itu, ia juga aktif sebagai komentator sepakbola di saluran TV Nasional Turki, TRT1.
Hanya selang beberapa tahun kemudian, Hakan Şükür banting masuk ke dunia politik dengan berhasil terpilih menjadi anggota Parlemen wilayah Istanbul mewakili Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada tahun 2011. Namun bergabungnya di partai tersebut tidak bertahan lama, ketika pada tahun 2013, ia memutuskan untuk mundur dari partai tersebut, dan melanjutkan statusnya sebagai anggota parlemen secara independen.
Pada tanggal 15 Juli 2016, terjadi kudeta yang mencekam di Turki. Peristiwa ini, menurut otoritas Turki dikaitkan dengan organisasi jamaah Fethullah Gulen (FETÖ), yang diduga melancarkan aksinya untuk membangun negara paralel di Turki. Dugaan kuat bahwasannya Hakan Şükür terafiliasi dengan jemaah tersebut dan terlibat dalam kudeta 2016.
Oleh karena dugaan tersebut, Hakan Şükür—bersama banyak tokoh yang diduga terlibat dalam organisasi FETÖ—saat ini tinggal di luar negeri, dan berstatus sebagai buron politik, sehingga terancam tidak bisa kembali ke Turki tanpa ancaman perdagangan.
Dalam laporan Anadolu Ajansi, Hakan Şükür telah keluar dari Turki beberapa bulan sebelum terjadinya kudeta, tepatnya pada tanggal 19 Oktober 2015, di mana ia diketahui pergi ke luar negeri melalui bandara İstanbul Atatürk Havalimanı. Menurut tulisan yang sama, disebutkan bahwa Hakan—sebagaimana anggota FETÖ lainnya—berdomisili di daerah Palo Alto, San Fransisco, yang merupakan salah satu daerah termewah di Amerika Serikat.
Namun, berbanding terbalik dengan tuduhan yang dilaporkan, Hakan Şükür dalam sejumlah pernyataan publik membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa segala tuduhannya tidak berdasar. Ia menyebutkan bahwa dirinya saat ini berusaha untuk hidup dari usaha kecil sebagai supir UBER dan penjual buku. Kini, ia telah membuka sekolah sepak bola untuk anak-anak di tempat ia tinggal, di Palo Alto, San Fransisco.
Sampai saat ini, proses pengadilan terus berjalan dan Hakan Şükür sendiri terancam penangkapan jika kembali ke Turki. Ayahnya sendiri, Selmet Şükür telah menerima hukuman penjara dakwaan dan sedang menunggu keputusan akhir dari Mahkamah Agung.
Publik Turki sendiri terpecah dalam menilai sosok Hakan Şükür: Sebagian besar publik mengecamnya sebagai pengkhianat negara, sementara sebagian kecil lainnya tetap membela Hakan dan mengira sebagai legenda Kral sepakbola Turki.
Hakan Şükür saat ini masih terus meng- update kehidupan sehari-seharinya di berbagai media sosial, termasuk X, Instagram , dan Youtube . Terakhir, ia memutar pertandingan derbi Galatasaray vs Fenerbahce beberapa hari lalu.
Menarik memang jika melihat perjalanan hidup seorang Hakan Şükür, dari figur olahraga Turki, berubah menjadi figur kontroversial oleh khalayak luas, di tengah dinamika politik Turki yang intens saat ini.
Penulis: Ahmad Syah Alfarisi
Editor : Muhammad Tsabbit Aqdam

